Saturday, March 29, 2014

Laporan V Praktek Audio Radio - Instalasi Audio Hifi



Laporan V
Praktek Audio Radio 
” Instalasi Audio Hifi"


Berkas:Lambang UNP.jpg


Oleh :
Nama       : Etika Harukma Putri
Nim           : 1206219
Group       : 2E6


Teknik Elektronika
Universitas Negeri Padang
2014
A.      Tujuan

Setelah praktikum ini mahasiswa diharapkan mampu :
1.      Menginstalasi perangkat audio HiFi.
2.      Mengetahui fungsi peralatan audio HiFi.
3.      Mengetahui troubleshooting dasar peralatan audio HiFi.

B.    Alat & Bahan
Alat dan bahan yang dibutuhkan pada praktikum kali ini adalah :
1.      Amplifier                           =  1 set
2.      Mixer audio                      = 1 set
3.      Audio player                     = 1 set
4.      Loudspeaker                     = 2 buah
5.      Kabel                                = secukupnya.


  C.     Teori Pendukung
Sistem tata suara merupakan sekumpulan peralatan dalam pengaturan suara atau bunyi untuk menghasilkan kualitas bunyian yang baik pada suatu acara pertunjukan, pertemuan, rekaman, dan lain-lain. Tata suara erat kaitannya dengan pengaturan penguatan suara agar dapat terdengar keras tanpa mengabaikan kualitas suara-suara yang dikuatkan. Pengaturan tersebut meliputi pengaturan mikropon-mikropon, prosesor dan efek suara, serta pengaturan konsul remix, juga audio power amplifier dan speaker-speakernya secara keseluruhan.
Pada instalasi tata suara paling sederhana dilihatkan pada gambar 1, dimana bagian input berfungsi menerima signal masukan dari mikrofon, pemutar musik dan peralatan penghasil bunyi lainnya.



 

                                          Gambar 1. Blok rangkaian audio amplifier

Microphone berfungsi merubah getaran suara menjadi signal listrik dan mengirimnya melalui kabel menuju mixer audio. Mixer menerima signal suara dan musik melalui setiap kanalnya kemudian dilakukan proses mixing dan balancing. Proses ini dilakukan untuk mencampur dan menyeimbangkan suara yang diterima yang kemudian dikirimkan lagi melalui kabel ke rangkaian power amplifier.
Dalam sistem sederhana, power amplifier kadang terdapat dalam satu kemasan dengan mixer yang disebut power mixer, atau juga power amplifier yang tercakup dalam kotak speaker yang lebih kita kenal dengan speaker aktif. Namun betapapun besar dan rumitnya sebuah sistem, tetap akan berada pada prinsip diatas tadi seperti yang terlihat pada gambar 1.
Dalam sistem yang lebih besar akan terdapat beberapa peralatan tambahan yang tentu saja akan terdapat banyak pengaturan. Pada gambar 2, terlihat sistem yang lebih kompleks. Ini adalah yang biasa diterapkan bagi kafe, pub, bar atau club yang menampilkan musik live dan ber-area tidak terlalu luas.

B.       Langkah kerja praktikum

1.      Pasang dan rakit peralatan audio seperti pada gambar 2 dan sesuaikan dengan peralatan yang ada.
2.      Masukkan input mixer dengan peralatan penghasil bunyi seperti microphone, ipod, mp3 player,     komputer, CD dan lainnya.
3.      Atur pengaturan bass dan trable pada posisi tengah dan atur besaran volume seperlunya (        sesuaikan dengan kuat bunyi).
4.      Lepaskan loudspeaker hubungkan, pasang AFG pada bagian input mixer serta hubungkan ke chanel 1 osiloskop dan output dari amplifier ke chanel 2 osiloskop.
5.      Atur input AFG pada posisi 1 KHz dengan amplitudo sebesar 50 mVp-p, berapa tegangan output yang dihasilkan? 16 Vp-p. 
6.      Atur pengaturan penguatan input dengan membesarkan dan mengecilkan gain, volume perchanel, volume master, dan volume dari amplifier hingga menghasilkan sinyal output yang dapat terbaca dan tidak cacat 52 Vp-p. Berapa besar penguatan dari rangkaian keseluruhan yang anda gunakan 60,3 dB.
7.      Aturlah pengaturan bervagai kondisi dari peralatan mixer, dan dengarkan serta amati perubahan bunyi dari setiap perubahan pengaturan dari mixer.

E.     HASIL PRAKTIKUM
.      Sinyal output tidak cacat pada tegangan 52 Vp-p. Maka penguatannya :
Vin= 50 mVp-p
Av = 20 Log Vo/Vin
Av= 20 Log 52 /0,05
   = 20 log 1040
   = 20 x 3,017
   = 60,34 dB

F.     EVALUASI
1.      Peralatan audio pada sound professional :
a. Power Amplifier adalah Alat ini termasuk sebagai fungsi utama didalam rangkaian peralatan dalam organ tunggal. Fungsi dari alat ini adalah tempat penghasil bunyi atau disebut juga pengeras suara yang disalurkan ke speaker. Power amply ada beberapa kekuatan outputnya tergantung kapasitas yang akan kita butuhkan. tetapi dalam hal ini organ tunggal harus mengandalkan power yang besar atau disebut juga watt yang besar supaya bisa seimbang antara suara yang diterima dengan frequensi yang dikeluarkannya seperti high ,mid ,low bisa seimbang banyak yang menggunakan power rakitan sendiri, katannya rakitan sendiri lebih memuaskan, tapi jangan salah walau bagaimana pun juga power build up pada toko alat sound system sangat jauh dan jauh sekali lebih unggul dibanding rakitan sendiri. Karena design dan peralatannya sudah diukur melalui komputer jadi sudah pasti tahu kan hasilnya seperti apa.
b. Mixer  adalah fungsi utama didalam rangkaian peralatan audio organ tunggal, dikarenakan mixer bisa menampung semua suara yang berhubungan dengan organ tunggal seperti contoh output keyboard, mic penyanyi, melody jika ada tambahan dan lain-lain. Mixer juga terdapat beberapa jenis dan merk ,saat ini mixer yang sering kita lihat dalam organ tunggal dari mulai 6 ,8 ,10 ,12 ,16 hingga 24 channel tergantung selera dan keinginan kita sendiri ,pada prinsipnya mixer itu hanya tempat penampungan dan tempat pendorong suara.
Beberapa mixer,  antara lain :
1.  Peavey : unity 500 ,unity 1000 ,unity 1002 ,unity 2000 ,unity 2002
2.  Soundcraft : Spirit ,E-series ,folio
3.  Mackie : onyx 1220 ,onyx 1620
4.  Allen & heath : Zed 12FX
5.  Yamaha : MG 124 ,N12 ,MG 164 ,MG 166C
6.  Behringer : UB1202 ,1204FX ,xenyx 1202fx Premium
c.   Equalizer  ada dalam sistem penguatan suara dalam dua bentuk : grafis dan parametrik . A high-pass ( low- cut ) dan / atau low-pass ( high- cut ) filter juga dapat dimasukkan . Equalizers parametrik sering dibangun ke setiap saluran dalam pencampuran konsol dan juga tersedia sebagai unit terpisah . Equalizers parametrik pertama kali menjadi populer pada 1970-an dan tetap equalizer program pilihan bagi banyak insinyur sejak saat itu .

d.      Compressor  dirancang untuk mengelola jangkauan dinamis dari sinyal audio. Sebuah kompresor menyelesaikan ini dengan mengurangi gain dari sinyal yang di atas tingkat yang ditetapkan ( threshold ) dengan jumlah yang ditentukan ( rasio ) . Tanpa pengurangan keuntungan ini , sinyal yang mendapat , mengatakan 10 % lebih keras sebagai input , akan menjadi 10 % lebih keras pada output . Dengan keuntungan berkurang , sebuah sinyal yang mendapat 10 % lebih keras pada masukan akan mungkin 3 % lebih keras pada output . Kebanyakan kompresor yang tersedia dirancang untuk memungkinkan operator untuk memilih rasio dalam kisaran biasanya 1:01-20:01 , dengan beberapa pengaturan yang memungkinkan hingga ∞ : 1 . Sebuah kompresor dengan rasio yang tak terbatas biasanya disebut sebagai limiter . Kecepatan yang kompresor menyesuaikan gain dari sinyal ( disebut serangan ) biasanya disesuaikan seperti hasil akhir dari perangkat.

2.      Sound reinforcement
Sebuah sistem penguatan suara adalah kombinasi dari mikrofon , sinyal prosesor , amplifier , dan pengeras suara yang membuat suara hidup atau pra-rekaman lebih keras dan juga dapat mendistribusikan suara-suara untuk audiens yang lebih besar atau lebih jauh . Dalam beberapa situasi , sistem penguatan suara juga digunakan untuk meningkatkan suara dari sumber-sumber di atas panggung , sebagai lawan hanya memperkuat sumber berubah .
         Sebuah sistem penguatan suara mungkin sangat kompleks , termasuk ratusan mikrofon , audio pencampuran kompleks dan sistem pemrosesan sinyal , puluhan ribu watt power amplifier , dan beberapa array loudspeaker , semua diawasi oleh sebuah tim insinyur audio dan teknisi . Di sisi lain , sistem penguatan suara dapat sesederhana sebagai alamat publik kecil ( PA ) sistem , yang terdiri dari mikrofon yang terhubung ke loudspeaker diperkuat . Dalam kedua kasus , sistem ini memperkuat suara untuk membuatnya lebih keras atau mendistribusikannya ke khalayak yang lebih luas .

         Beberapa insinyur audio dan lain-lain dalam industri audio profesional tidak setuju mengenai apakah ini sistem audio harus disebut penguatan suara ( SR ) sistem atau sistem PA . Membedakan antara dua istilah oleh teknologi dan kemampuan umum , sementara yang lain membedakan dengan penggunaan yang dimaksudkan ( misalnya , sistem SR adalah untuk mendukung acara live dan sistem PA adalah untuk reproduksi pidato dan rekaman musik di gedung-gedung dan lembaga ) . Di beberapa wilayah atau pasar , perbedaan antara dua istilah penting , meskipun istilah yang dianggap dipertukarkan di banyak kalangan profesional .

G.    Kesimpulan

1.       Pada instalasi tata suara paling sederhana, bagian input berfungsi menerima sinyal masukan dari         mikrofon , pemutar music dan peralatan penghasil bunyi lainnya.
2.        HIFI merupakan istilah bagi perangkat audio yang bisa merepro suara dengan derajat kesamaan       yang mendekati (mirip) dengan suara aslinya. HIFI sering bisa dijumpai di perangkat amplifier stereo dua kanal. Asalkan suara yang dihasilkan bersih, natural, bass nendang, trebel empuk, dan enak didengar sudah masuk kategori HIFI.  

Monday, March 24, 2014

Laporan IV Praktek Audio Radio - Tone Control


Laporan IV
Praktek Audio Radio
“Tone Control”


Berkas:Lambang UNP.jpg


Oleh :
Nama       : Etika Harukma Putri
Nim           : 1206219
Group       : 2E6


Teknik Elektronika
Universitas Negeri Padang
2014

A.      Tujuan:

Setelah praktikum ini mahasiswa diharapkan mampu:

1.      Merakit rangkaian Tone Control (Pengatur Nada) dan Power Amplifier.
2.      Mengetahui fungsi rangkaian Tone Control pada sistem audio
3.      Mengetahui karakteristik kerja rangkaian Tone Control pada sistem audio
4.      Melihat respon frekuensi dan penguatan yang dapat dilakukan oleh rangkaian Tone Control.

B.      Alat dan Bahan:

Alat dan bahan yang dibutuhkan pada praktikum kali ini adalah:
1.      Osiloskop Dual Beam                                     = 1 set
2.      Multimeter                                                        = 1 set
3.      AFG                                                                       = 1 set
4.      Kit Power Amplifier + Tone Control         = 1 set
5.      Loudspeaker                                                     = 1 buah
6.      Kabel listrik                                                        = secukupnya
7.      Audio Player                                                      = 1 set




C.      Teori Pendukung
Rangkaian penguat audio yang baik yaitu rangkaian yang mampu memperkuatkan sinyal pada range frekuensi audio yaitu frekuensi 20 Hz sampai 20 KHz dan pada saat melakukan penguatan tanpa terjadinya cacat dengan nois yang sekecil mungkin. Range frekuensi ini juga tergantung dari kemampuan dari loudspeaker. Jika loudspeaker bekerja pada frekuensi Full Range (20 Hz - 20 Khz) ini sangat baik sekali, karena akan di dapat nada yang dinamis pada frekuensi full range. Tapi jika hanya frekuensi tertentu saja yang mampu di reproduksi oleh loudspeaker, maka penggunaan tone control memungkinkan untuk membatasi frekuensi tertentu.
Tone control merupakan rangkaian pengatur nada yang terdiri dari rangkaian filter, yaitu Low Pass Filter (LPF) dan Figh Pass Filter (HPF) maupun Band Pass Filter. Sebelum sinyal dikuatkan oleh rangkaian Power Aplifier, rangkaian tone control bekerja dengan mengatur nada yang akan dilewatkan pada rangkaian power amplifier, sehingga akan di dapatkan nada sesuai dengan respon frekuensi pada loudspeaker dan akan di dapatkan hasil (suara) pada loudspeaker yang sesuai dengan keinginan pengguna.


 


                Gambar 1. Blok Rangkaian Audio Amplifier sederhana


D. Langkah Kerja Praktikum

 

1 . Melengkapi peralatan dan bahan praktikum yang akan digunakan, memeriksa terlebih dahulu peralatan dan pastikan komponen dalam keadaan baik dan bekerja 

2.        Merakit rangkaian Power Amplifier dan Tone Control sesuaikan dngan skema rangkaian seperti pada gambar di bawah, kemudian berikan tegangan dan hidupkan rangkaian sehingga output power amplifier menghasilkan bunyi saat input disentuh dengan tangan.
3.        Mengatur pengaturan nada volume, Bass dan trable pada posisi tengah.
4.        Menghubungkan AFG pada bagian input rangkaian amplifier serta hubungkan ke chanel 1 osiloskop dan output pada chanel 2 pada osiloskop
5.        Mengatur input AFG pada posisi 1 KHz dengan amplitudo sebesar 50 mVp-p, berapa
tegangan output yang dihasilkan  3,2 Vp-p, dan tentukan juga beda fase 
ɸ = 20o

Gambarkan Bentuk Sinyal  

6.      Mengatur Volume hingga menghasilkan sinyal output yang dapat terbaca dan tidak cacat 10 Vp-p . Berapa besar penguatan dari rangkaian yang digunakan 34,42 dB.
Vo   = 5 x 2 V = 10 Vp-p
Vin  = 3,8 x 50 mV = 190 mVp-p

Penguatan : 20 Log 10/0,19
          = 20 Log 52,63
          = 20 x 1,72
          = 34,42 dB



7.      Mengulangi langkah 6, mengatur posisi tone control dan ukur tegangan output (Volume dan Amplitudo AFG tidak dirubah).





Tabel Pengamatan
A.      Kondisi Potensio Tone Control, Bass = Minimum,  Treble = Minimum

 


Kurva  V output (Vpp)



   
Frekuensi Input
( Vo = 100 mVp-p )
Besar Tegangan Output /Vo
(Signal Pada Speaker )
Keterangan
Bentuk Sinyal
100 Hz
0,75 Vp-p
T. Cacat

250 Hz
1,9 Vp-p
T. Cacat

500 Hz
3,8 Vp-p
T. Cacat

750 Hz
4,6 Vp-p
T. Cacat

1000 Hz
4,6 Vp-p
T. Cacat

1500 Hz
4,8 Vp-p
T. Cacat

2000 Hz
4,6 Vp-p
T. Cacat

5000 Hz
2,6 Vp-p
T. Cacat

10000 Hz
1,2 Vp-p
T. Cacat

15000 Hz
0,8 Vp-p
T. Cacat

20000 Hz
0,6 Vp-p
T. Cacat




B.      Kondisi Potensio Tone Control, Bass = Minimum,  Treble  = Tengah


Kurva  V output (Vpp)

Frekuensi Input
( Vo = 100 mVp-p )
Besar Tegangan Output /Vo
(Signal Pada Speaker )
Keterangan
Bentuk Sinyal
100 Hz
2,8 Vp-p
T. Cacat

250 Hz
2,8 Vp-p
Cacat

500 Hz
2,8 Vp-p
Cacat

750 Hz
2,8 Vp-p
Cacat

1000 Hz
2,8 Vp-p
Cacat

1500 Hz
2,8 Vp-p
Cacat

2000 Hz
2,8 Vp-p
Cacat

5000 Hz
12 Vp-p
Cacat

10000 Hz
12 Vp-p
Cacat

15000 Hz
12 Vp-p
Cacat

20000 Hz
12 Vp-p
Cacat



C. Kondisi Potensio Tone Control, Bass = tengah, Treble = Minumum


Kurva  V output (Vpp)


Frekuensi Input
( Vo = 100 mVp-p )
Besar Tegangan Output /Vo
(Signal Pada Speaker )
Keterangan
Bentuk Sinyal
100 Hz
13 Vp-p
Cacat

250 Hz
13 Vp-p
Cacat

500 Hz
12 Vp-p
Cacat

750 Hz
12 Vp-p
Cacat

1000 Hz
12 Vp-p
Cacat

1500 Hz
12 Vp-p
Cacat

2000 Hz
12 Vp-p
Cacat

5000 Hz
12 Vp-p
Cacat

10000 Hz
9  Vp-p
T. Cacat

15000 Hz
5 Vp-p
T. Cacat

20000 Hz
3         Vp-p
T. Cacat



D. Kondisi Potensio Tone Control, Bass = tengah, Treble = Tengah

Kurva  V output (Vpp)


 
Frekuensi Input
( Vo = 100 mVp-p )
Besar Tegangan Output /Vo
(Signal Pada Speaker )
Keterangan
Bentuk Sinyal
100 Hz
12 Vp-p
Cacat

250 Hz
12 Vp-p
Cacat

500 Hz
12 Vp-p
Cacat

750 Hz
11,5 Vp-p
Cacat

1000 Hz
11,5 Vp-p
Cacat

1500 Hz
11,5 Vp-p
Cacat

2000 Hz
11,5 Vp-p
Cacat

5000 Hz
12 Vp-p
Cacat

10000 Hz
11,5 Vp-p
Cacat

15000 Hz
12 Vp-p
Cacat

20000 Hz
12 Vp-p
Cacat



E. Kondisi Potensio Tone Control, Bass = Minimum, Treble = Max


Kurva  V output (Vpp)



Frekuensi Input
( Vo = 100 mVp-p )
Besar Tegangan Output /Vo
(Signal Pada Speaker )
Keterangan
Bentuk Sinyal
100 Hz
2,8 Vp-p
T. Cacat

250 Hz
12 Vp-p
Cacat

500 Hz
12 Vp-p
Cacat

750 Hz
12 Vp-p
Cacat

1000 Hz
12 Vp-p-p
Cacat

1500 Hz
12 Vp-p
Cacat

2000 Hz
12 Vp-p
Cacat

5000 Hz
11,5 Vp-p
Cacat

10000 Hz
11,5 Vp-p
Cacat

15000 Hz
11,5 Vp-p
Cacat

20000 Hz
11,5 Vp-p
Cacat




F. Kondisi Potensio Tone Control, Bass = Max, Treble = Min


Kurva  V output (Vpp)


Frekuensi Input
( Vo = 100 mVp-p )
Besar Tegangan Output /Vo
(Signal Pada Speaker )
Keterangan
Bentuk Sinyal
100 Hz
13 Vp-p
Cacat

250 Hz
13 Vp-p
Cacat

500 Hz
13 Vp-p
Cacat

750 Hz
13 Vp-p
Cacat

1000 Hz
13 Vp-p
Cacat

1500 Hz
12 Vp-p
Cacat

2000 Hz
12 Vp-p
Cacat

5000 Hz
12 Vp-p
Cacat


10000 Hz
8 Vp-p
T. Cacat


15000 Hz
5 Vp-p
T. Cacat


20000 Hz
3         Vp-p
T. Cacat



G. Kondisi Potensio Tone Control, Bass = Tengah, Treble = Max


Kurva  V output (Vpp)


Frekuensi Input
( Vo = 100 mVp-p )
Besar Tegangan Output /Vo
(Signal Pada Speaker )
Keterangan
Bentuk Sinyal
100 Hz
12,5 Vp-p
Cacat



250 Hz
12,5 Vp-p
Cacat
500 Hz
12,5 Vp-p
Cacat
750 Hz
11 Vp-p
Cacat

1000 Hz
11 Vp-p
Cacat
1500 Hz
11 Vp-p
Cacat
2000 Hz
11 Vp-p
Cacat
5000 Hz
11 Vp-p
Cacat
10000 Hz
11 Vp-p
Cacat
15000 Hz
11 Vp-p
Cacat
20000 Hz
11 Vp-p
Cacat


H. Kondisi Potensio Tone Control, Bass = Max, Treble = tengah

Kurva  V output (Vpp)


Frekuensi Input
( Vo = 100 mVp-p )
Besar Tegangan Output /Vo
(Signal Pada Speaker )
Keterangan
Bentuk Sinyal
100 Hz
12,5 Vp-p
Cacat

250 Hz
12,5 Vp-p
Cacat
500 Hz
12 Vp-p
Cacat

750 Hz
12 Vp-p
Cacat
1000 Hz
12 Vp-p
Cacat
1500 Hz
11,5 Vp-p
Cacat

2000 Hz
11,5 Vp-p
Cacat
5000 Hz
11,5 Vp-p
Cacat
10000 Hz
11,5 Vp-p
Cacat
15000 Hz
11,5 Vp-p
Cacat
20000 Hz
11 Vp-p
Cacat


I. Kondisi Potensio Tone Control, Bass = Max, Treble = Max

Kurva  V output (Vpp)
 

Frekuensi Input
( Vo = 100 mVp-p )
Besar Tegangan Output /Vo
(Signal Pada Speaker )
Keterangan
Bentuk Sinyal
100 Hz
12,5 Vp-p
Cacat

250 Hz
12,5 Vp-p
Cacat

500 Hz
11,5 Vp-p
Cacat

750 Hz
11,5 Vp-p
Cacat

1000 Hz
11,5 Vp-p
Cacat

1500 Hz
11,5 Vp-p
Cacat

2000 Hz
11,5 Vp-p
Cacat

5000 Hz
11 Vp-p
Cacat

10000 Hz
11 Vp-p
Cacat

15000 Hz
12 Vp-p
Cacat

20000 Hz
11,5 Vp-p
Cacat




E.  Evolusi/Penugasan

1.       pada saat posisi Volume rangkaian amplifier pada posisi maksimum, Keluaran atau sinyal output menjadi cacat atau tidak sempurna

2.       Peralatan-Peralatan filter audio:
a.       Equalizer graphic & Parametrik

pesawat equalizer graphic maupun parametrik sama-sama berfungsi untuk mengatur pelemahan atau penonjolan bunyi pada frekuensi tertentu yang dihasilkan kehendaki dari pemakai ( User ) dimana equalizer terdiri dari filter-filter yang dapat diatur untuk menonjolkan atau meredam sinyal pada daeah frekuensi tertentu
Pesawat equalizer digunakan apabila user menginginkan nada dengan frekuensi rendah ( bass ) yang lebih dominan, atau juga menginginkan nada atau frekuensi tinggi ( trible) yang lebih, dominan atau kombinasi dari keduanya.
b.      Pesawat Audio Mixer & Audio Recorder
Pesawat Audio Mixer ataupun Audio recorder dalam penggunaannya difungsikan untuk mencampur beberapa sumber sinyal suara misalnya dari mikrophone, tape, alat musik yang kemudian hasil pencampuran tersebut menghasilkan suatu keluaran (output) sinyal suara. Selaiin itu juga bisa difungsikan untuk merekanm hasil sinyal keluaran (output) yang dihasilkan dari proses pencampuran sinyal suara tersebut. Sumber masukan untuk audio mixer ini memiliki amplitudo yang berbeda serta karakteristik bunyi yang berbeda pula, sehingga setiap sumber bunyi memerlukan pengaturan volume, frekuensi, dan pengaturan lainnya